All About Ksr

Kamis, 29 Desember 2011

laporan Praktikum ANFISMAN sistem saraf Perifer

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.   Dasar Teori
Sirkulasi darah yang baik dihasilkan oleh kerja sama antara jantung, darah, komponen-komponennya, serta pembuluh darah itu sendiri. Jika terjadi gangguan pada salah satu komponen itu, sirkulasi darah akan terganggu. Akibatnya, suplai darah tidak mencukupi kebutuhan hingga dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, dan gangguan fungsi organ tubuh lain. Untuk itu, peredaran darah yang lancar sangat penting bagi kesehatan kita.
Sistem sirkulasi memegang peranan penting dalam homeostatis tubuh kita dalam sistem transportasi. Jantung memiliki peranan penting dalam penyediaan oksigen untuk seluruh tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Organ ini melaksanakan fungsinya dengan mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang karbondioksida. Jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh. Dengan demikian jantung bertugas menjaga sirkulasi darah.
Sistem sirkulasi diperlengkapi dengan suatu sistem rumit untuk mengatur aliran darah ke berbagai bagian tubuh. Pada umumnya, ada tiga jenis pengaturan yang utama, sebagai berikut :
1.      Pengaturan aliran darah setepat dalam tiap-tiap jaringan tersendiri, aliran tersebut terutama diatur sesuai dengan kebutuhan jaringan akan aliran darah.
2.      Pengaturan aliran darah oleh saraf, yang sering mempengaruhi aliran darah dalam segmen-segmen besar sirkulasi sistemik, seperti perpindahan aliran darah dari jaringan vaskular non-muskular ke otot-otot selama gerak bada atau perubahan aliran darah di dalam kulit untuk mengatur suhu tubuh.
3.      Pengaturan humoral, tempat berbagai zat yang terlarut di dalam darah, seperti hormon, ion atau bahan kimia lain dapat menyebabkan kenaikan atau penurunan dalam aliran jaringan setempat atau perubahan umum yang menyeluruh dalam aliran darah.
Sirkulasi darah di luar jantung dibagi dalam 2 kelompok besar yaitu :
1.      Sirkulasi sistemik yang mengedarkan darah dari ventrikel kiri melalui seluruh bagian tubuh dan kembali ke atrium kanan.
2.      Sirkulasi pulmonalis yang mengedarkan darah dari ventrikel kanan melalui paru-paru kembali ke atrium kiri.
Sirkulasi sistemik dan pulmonalis ini membentuk peredaran darah tepi (sirkulasi perifer). Fungsi peredaran darah tepi ialah untuk mengedarkan darah, pertukaran zat gizi dan gas, transport (hormon, komponen sistem imun, enzim, dll), pengaturan tekanan darah dan mengarahkan peredaran darah ke jaringan pada saat dibutuhkan.
Sirkulasi sistemik dapat dibagi menjadi lima :
1.      Arteri
Dinding aorta dan arteri besar mengandung banyak jaringan elastis dan sebagian otot polos. Jaringan arteria ini terisi sekitar 15% dari volume total darah. Karena itu sistem arteria dianggap sebagai sirkuit yang rendah volumenya tetapi tinggi tekanannya. Karena sifat dan tekanan ini maka cabang-cabang arteri disebut sirkuit resistensi. Fungsi arteri adalah untuk menyalurkan darah bertekanan tinggi ke jaringan. Oleh karena itu arteri memiliki dinding vaskular yang tebal dan kuat, sehingga darah dapat mengalir dengan cepat ke jaringan-jaringan.
2.      Arteriola
Dinding arteriola terdiri dari otot polos dengan sedikit serabut elastis yang sangat peka dan dapat berdilatasi atau berkontraksi untuk mengatur aliran darah ke jaringan kapiler. Arteriola menjadi tempat resistensi utama aliran darah dari seluruh percabangan arteria. Akibatnya tekanan pada kapiler akan turun mendadak dan aliran berubah dari berdenyut menjadi aliran tenang, sehingga memudahkan pertukaran nutrient pada tingkat kapiler. Pada persambungan antara arteriola dan kapiler terdapat sfingter prekapiler yang berada di bawah pengaturan fisiologis yang cukup rumit.
3.      Kapiler
Dinding pembuluh kapiler sangat tipis, terdiri dari satu lapis sel endotel. Melalui membran yang tipis dan semipermeabel inilah nutrisi dan metabolit berdifusi dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasinya rendah.
4.      Venula
Venula berfungsi sebagai saluran pengumpul dengan dinding otot yang relatif lemah namun peka. Pada pertemuan antara kapiler dan venula terdapat sfingter postkapiler.
5.      Vena
Vena berfungsi menyalurkan darah dari jaringan kapiler melalui sistem vena, masuk ke atrium kanan. Pembuluh vena dapat menampung darah dalam jumlah banyak dengan tekanan relatif rendah. Karena sifat aliran vena yang bertekanan rendah, dinding vena tipis. Meskipun demikian, dinding tersebut berotot, dan ini memungkinkan mereka untuk mengecil atau membesar sehingga bekerja sebagai susunan untuk darah tambahan, maka sistem vena disebut sistem kapasitas, kira-kira 65% dari volume darah terdapat dalam sistem vena.
Darah yang mengalir ke setiap jaringan hampir seluruhnya diatur oleh tingkat kontraksi atau dilatasi arteriol, dan di dalam kapilerlah terjadi proses penting pertukaran di antara darah dan cairan interstisial. Setelah meninggalkan arteri kecil, darah mengalir melalui arteriol, yang panjangnya hanya beberapa milimeter dan berdiameter 8 sampai 50 mikron. Tiap arteriol bercabang berkali-kali untuk kemudian berakhir pada 10 sampai 100 kapiler.
Ada kira-kira 10 milyar kapiler di dalam jaringan perifer, yang memiliki luas permukaan lebih daripada 500 m2. Tebal dinding kapiler biasanya kurang daripada 1 mikron, dan ada pori-pori halus di dindingnya melalui mana zat-zat dapat berdifusi.
Aliran darah secara sederhana berarti jumlah darah yang mengalir melalui suatu titik tertentu di dalam sirkulasi dalam suatu periode waktu tertentu. Biasanya aliran darah dinyatakan dalam mililiter atau liter per menit. Seluruh aliran darah dalam sirkulasi orang dewasa pada waktu istirahat kira-kira sebesar 5000 ml per menit. Aliran melalui sebuah pembuluh darah ditentukan sepenuhnya oleh dua faktor :
1.      Perbedaan tekanan yang cenderung mendorong darah melalui pembuluh tersebut
2.      Rintangan terhadap aliran darah melalui pembuluh tersebut

1.2.   Tujuan
1.        Mempelajari sifat-sifat aliran darah vena dan arteri pada selaput renang atau mesenterium katak.
2.        Mempelajari pengaruh zat kimia dan suhu terhadap sifat aliran darah



BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN

2.1.  Alat dan Bahan
2.1.1.      Alat
·      Jarum pentul
·      Papan kayu berlubang
·      Mikroskop
·      Batang Pengaduk
·      Pipet tetes
2.1.2.      Bahan
·      Katak
·      Kloroform
·      Kapas
·      Larutan Fisiologis (NaCl 0,65%)
·      Air panas
·      Air dingin
2.2.  Cara Kerja
2.2.1.      Mempelajari sifat-sifat aliran darah
·      Katak dibius dengan kloroform atau dirusak serebrumnya dengan jarum sonde mengarah ke depan (Single Pithing)
·      Selaput renang katak dibentangkan pada papan berlubang
·      Pembuluh darah dan alirannya diamati di bawah mikroskop
·      Pembuluh darah vena, arteri dan kapiler diidentifikasi berdasarkan dinding pembuluh, percabangan, kecepatan aliran dan sifat alirannya. Catat hasilnya.
2.2.2.      Mempelajari pengaruh suhu dan zat kimia terhadap sifat aliran darah
·      Setelah pengamatan pada percobaan ke 1, tempelkan pengaduk gelas panas pada selaput renang katak dan diamati kembali dibawah mikroskop.
·      Teteskan larutan fisiologis (NaCl 0,65%) pada selaput renang katak dan diamati di bawah mikroskop.
·      Tempelkan pengaduk gelas dingin pada selaput renang katak dan diamati di bawah mikroskop.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
           
2.1.  Data Pengamatan
2.1.1.      Data sifat aliran darah arteri, vena dan kapiler pada selaput renang katak
Pembuluh darah
Kecepatan aliran
Sifat aliran
Percabangan
Dinding
Arteri

Vena

Kapiler
cepat

lambat

agak cepat
mulus

mulus

mulus
divergen

konvergen

divergen
tebal

tipis

agak tebal

2.1.2.      Data pengaruh zat kimia dan suhu terhadap sifat aliran darah
Perlakuan
Vena
arteri
kapiler
Kecepatan
aliran
Sifat
aliran
Kecepatan
aliran
Sifat
aliran
Kecepatan
aliran
Sifat
aliran
Air panas
lebih cepat
mulus
tambah cepat
mulus
tambah cepat
mulus
Air dingin
lebih lambat
lebih tersendat
tambah lambat
agak tersendat
tambah lambat
tersendat
Larutan Fisiologis
(NaCl 0,65%
lambat
mulus
cepat
mulus
cepat
mulus

2.2.  Pembahasan
Dalam keadaan normal, kira-kira 84% dari seluruh volume darah di dalam tubuh ada dalam sirkulasi sistemik, dengan 64% di dalam vena, 15% di dalam arteri dan 5% di dalam kapiler. Jantung mengandung 7% darah dan pembuluh darah paru-paru mengandung 9%. Pembuluh darah yang terdapat dalam sistem sistemik memiliki fungsi yang berbeda satu sama lain.
            Pada percobaan terlihat bahwa arteri memiliki aliran yang paling cepat di antara pembuluh yang lain dan berdinding tebal. Percabangan pada pembuluh arteri ini adalah percabangan divergen. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa arteri berfungsi untuk menyalurkan darah bertekanan tinggi ke jaringan. Oleh karena itu arteri memiliki dinding vaskular yang tebal dan kuat, sehingga darah dapat mengalir dengan cepat ke jaringan-jaringan. Tekanan rata-rata yang cenderung untuk mendorong darah melalui sistem sirkulasi sistemik disebut dengan tekanan arteri rata-rata. Tekanan arteri rata-rata orang dewasa muda yang normal kira-kira sekitar 96 mmHg.
Pada percobaan yang sama, terlihat aliran vena paling lambat diantara pembuluh yang lain dan dindingnya tipis. Percabangan pada vena adalah percabangan konvergen. Hasil ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa vena berfungsi menyalurkan darah dari jaringan kapiler melalui sistem vena, masuk ke atrium kanan atau dengan kata lain kembali ke jantung, sehingga aliran vena bertekanan rendah, dinding vena tipis. Sedangkan pada pembuluh kapiler, alirannya agak cepat dan dindingnya agak tebal.
Berbagai faktor kimia dapat melebarkan atau menyempitkan pebuluh darah setempat. Asetilkolin berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah (dilatasi), sehingga aliran darah menjadi lancar dan lebih cepat. Zat-zat lain yang telah diketahui dapat menyebabkan dilatasi pada pembuluh darah antara lain adalah Bradkinin, Histamin, Prostaglandin, dan lain sebagainya. Peningkatan adrenalin berefek menyempitnya pembuluh darah (efek vasokontriksi) disertai meningkatnya sifat agregrasi trombosit (sifat saling menempel satu sama lain pada sel trombosit agar darah membeku), yang pada akhirnya meningkatkan risiko gangguan pada sistem kardiovaskular. Zat-zat lain yang telah diketahui dapat menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah antara lain adalah Angiotensin, Vasopresin, dan lain sebagainya (Guyton, 1995).
Selain zat kimia, pelebaran atau penyempitan pembuluh darah juga bisa disebabkan oleh pengaruh suhu. Bila suhu tubuh naik terlalu tinggi, neuron-neuron khusus di dalam hipotalamus anterior menjadi terangsang dan mengirimkan isyarat-isyarat melalui susunan saraf simpatis untuk melebarkan pembuluh darah kulit, dengan demikian memungkinkan pemindahan sejumlah besar panas di dalam tubuh ke kulit. Kemudian panas ini melalui kulit menuju ke daerah sekitar sehingga suhu tubuh turun kembali ke normal (Guyton, 1995).
Bila suatu benda dingin langsung ditempelkan kepada kulit, pembuluh darah kulit makin berkontriksi sampai pada suhu kira-kira 15 °C, saat titik mereka mencapai derajat kontriksi maksimum. Kontriksi ini terutama disebabkan oleh meningkatnya kepekaan pembuluh darah terhadap perangsangan saraf vasokonstriktor. Pada suhu di bawah 15 °C, pembuluh darah tersebut mulai berdilatasi. Dilatasi ini disebabkan oleh efek langsung pendinginan setempat terhadap pembuluh darah itu sendiri. Pada suhu mendekati 0 °C, pembuluh darah itu sering mencapai vasodilatasi maksimum. Vasodilatasi sangat kuat ini bertujuan untuk mencegah pembekuan bagian-bagian tubuh yang terkena, terutama tangan dan telinga (Guyton, 1995).





BAB IV
KESIMPULAN

Setelah melakukan percobaan pada katak, dapat disimpulkan bahwa :
1.      Kecepatan aliran arteri lebih cepat dibanding kapiler dan vena
2.      Sifat aliran paling mulus adalah arteri kemudian kapiler dan vena
3.      Percabangan pada arteri dan kapiler adalah divergen, sedangkan percabangan pada vena adalah konvergen
4.      Dinding vena tipis, kapiler sedang, arteri tebal
5.      Pengaruh air panas menyebabkan pelebaran pembuluh darah (dilatasi) sehingga alirannya bertambah cepat dan mulus
6.      Pengaruh air dingin menyebabkan penyempitan pembuluh darah (vasokontriksi) sehingga alirannya lambat dan tersendat
7.      NaCl 0,65% merupakan larutan fisiologis bagi katak, larutan ini menormalkan keadaan pelebaran/penyempitan pembuluh darah










DAFTAR PUSTAKA

Ganong, F.William. 1995. Buku ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi II. Jakarta : EGC. Penerjemah H. M Djuahari Wdjokusumah. Terjemahan dari review off Medical Physiology.
Guyton, Arthur C. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC. Penerjemah Ken Ariata Tengadi. Terjemahan dari Textbook of Medical Physiology.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar